Setahun lebih gak nge-blog kayaknya harus breaking the ice nih. Cerita ini sepertinya cocok sebagai ice breaker ditambah lagi permintaan teman2 buat cerita kejadian itu.
Kemaren sore seperti biasa jam 17.00 aku sudah menuju lift (agak buru-buru karena aku sudah ditunggu Ibu kasi di lobby). FYI aku berkantor di lantai 25 (ada 27 lantai totalnya) dan ada 6 lift di lantai 25 ini, 4 lift cepat dan 2 lift ekonomi (yang brenti di tiap lantai). Sekitar 5 menit aku nunggu lift gak ada lift cepat yg terbuka dan gak lama lift ekonomi terbuka. Karena buru2 aku masuk aja ke lift ekonomi itu toh klo misalnya dipenuhi sampai batas maksimal lift itu tidak akan berhenti di tiap lantai. Lift masih sempat naik dulu ke lt.26 dan kemudian sepertinya kapasitas maksimal tercapai buktinya lift bablas turun ke lt.1 tanpa brenti di tiap lantai. Saat display lift menunjukkan angka 1 tiba2 lift terasa anjlok sampai dua kali, aku cuma kaget dikit dan kemudian tenang2 saja karena hal ini sudah biasa terjadi di lift ekonomi paling sebentar lagi pintu lift akan terbuka dengan sendirinya.
Wajah-wajah sok panik kami...
Ditunggu beberapa lama ternyata pintu lift tidak juga terbuka. Panic donk??? enggak juga karena beberapa waktu lalu pernah juga kejadian seperti ini dan para korban berhasil diselamatkan dalam waktu 16 menit. Akhirnya di dalam lift yang super penuh dan sesak itu kami cuma bisa berdoa diselingi canda tawa dan tidak lupa terus pencet emergency button. Satu yang disayangkan kenapa lift tidak dilengkapi dengan intercome???? coba kalo ada intercome mungkin kami bisa berkomunikasi dan di tolong lebih cepat. Intercome ini sangat penting lho soalnya sinyal henpon juga blank.
Lama sekali rasanya menunggu. Satu yang kutakutkan kalo oksigen menipis dan kami belum juga terselamatkan gimana jadinya. Sudah gitu pewangi otomatis gak brenti menyemprotkan aroma yang menyesakkan dada. Setelah menunggu 15-16 menit terdengar suara2 dari atas lift yang membuat kami lebih tenang karena berarti sudah ada usaha untuk menyelamatkan kami.
Pas lagi mau naik ke atap Lift
Tiba2 tanpa ada peringatan apapun, sebagian penutup atap lift terbuka ke bawah dengan kerasnya untungnya yang ada di bawah penutup atap itu tidak terlalu tinggi sehingga penutup itu jatuh pas di atas kepalanya. Misalkan saja yang ada di bawah penutup itu orang yang tinggi pasti sudah mengalami cedera kepala yang membahayakan. jadilah semua orang marah pada petugas yang lalai itu karena tidak memberi peringatan terlebih dahulu. Akhirnya petugas lift mohon maaf dan menginstruksikan agar kami tetap tenang dan tidak panik karena usaha penyelamatan sedang dilakukan.
Setelah itu kami masih harus menunggu upaya dari petugas sampai akhirnya petugas muncul lagi dari atap dan memberitahukan bahwa lift macet nggak bisa ditarik naik ato turun jadi upaya terakhir adalah penyelamatan secara manual. Apa itu penyelamatan secara manual??? iya betul....kami harus naik lewat atap lift untuk menuju pintu keluar di lantai 2 (lift kami brenti di antara lantai 1 dan lantai 2).
Selanjutnya petugas berusaha menurunkan tangga lipat lewat lubang atap yang kecil itu dengan susah payah karena disamping ukuran tangga yg terlalu besar, di dalam lift juga sudah sangat sempit dan tidak ada space buat tangga. Dengan menahan napas dan berdempet ria, tangga berhasil masuk tanpa bisa di buka dari lipatan dan cuma disandarkan dalam keadaan terbalik di dinding lift.
Evakuasi dimulai. Ada sekitar 8 ato 9 wanita dari sekitar 22an penumpang lift. Penumpang wanita pertama naik tangga menuju atap. Ternyata anak tangga terakhir tidak sampai menyentuh lubang atap jadi masih harus melompat naik ato ditarik dari atas. Setelah si Mbak itu sampai atas ternyata petugas bilang di suruh tunggu sebentar karena mereka masih mau mencari jalannya terlebih dahulu (gubrak....lha dari tadi kenapa gak dicari dulu jalannya pak pak). Yo wis kami menunggu lagi. Sampai akhirnya ada instruksi untuk naik lagi satu persatu. Hebatnya di sini hampir semua penumpang lift masih tenang ( ada satu sih yang keliatan pucat hehehe).
Sampai pada giliranku rasanya deg2an juga jadi serasa shooting film Speed-nya mas Keanu Reeves makanya aku gak lupa mengabadikan moment itu dengan foto :) Di atas atap lift persendianku serasa copot semua.Ngeri aku membayangkan masih ada 4 lantai lagi di bawahku, kalo tiba2 lift anjlok gimana. Aku melihat kabel2 bergelantungan di sana sini begitu juga dengan belt2 lift.Ku tanya pada petugas aman gak aku di situ siapa tau bisa nyetrum. Petugas bilang aman jadi ku ikuti instruksi dia sambil terus membungkuk menuju lubang pintu lantai 2. Sampai di pintu ternyata pintu itu terletak satu meter-an dari tempatku berpijak dan yang tersedia di situ hanya kursi pendek. Jadilah aku harus ditarik2 lagi dari atas kursi itu.
Pas mau keluar ke pintu lantai 2 sambil ditarik2 dari atas
Setelah evakuasi
Alhamdulilah sampai di lantai 2 dengan selamat. Tapi kok aku gak bisa berdiri???? ternyata begini ya rasanya lemah tanpa tenaga. Badanku gemetaran dan di bantu petugas untuk berdiri.....Ya Alloh semoga ini yang terkahir. Semoga dengan kejadian ini kantorku lebih peduli dengan keselamatan dan kenyamanan pegawainya. Jangan kalo telat aja pendapatan dipotong. Harusnya ada kompensasi karena gemetar dan ketinggalan jemputan ato tebengan gituh.....